27 Januari, 2013

Pilgub Papua: Rakyat Biayai Kampanye Noakh-Johannes


Pilgub Papua: Rakyat Biayai Kampanye Noakh-Johannes

Wed, 23-01-2013 23:03:16 Oleh MAJALAH SELANGKAH Telah Dibaca 169 kali
Noakh: Apa pun Persoalan Rakyat Papua, Itu Persoalan Saya
Nabire, MAJALAH SELANGKAH – Siang itu, kira-kira pukul 11.00 WIT, Selasa, (22/1) beberapa mama Papua, berpakaian adat (moge) menari-nari di lapangan Taman Gizi , Oyehe Kabupaten Nabire, Provinsi Papua. Tidak banyak orang di sana.
Mereka menanti Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Periode 2013-2018 dari Independen, nomor urut  1, Noakh Nawipa dan Johannes Wob yang akan berkampanye hari itu, hari terakhir kampanye di wilayah ini.
Tidak banyak spanduk layaknya kampanye Pilgub. Terlihat beberapa spnduk kecil berwarna putih berlambang independen diikat di pagar taman itu. Dua spanduk  berukuran sedang terlihat di kiri-kanan panggung kampanye di Taman Gizi.

Satu buah speaker berukuran sedang terlihat di sana. Tidak ada alat-alat musik seperti kampanye pasangan lain. Sementara itu, beberapa truk keliling menjemput massa sambil meneriakan “nomor 1, nomor 1, nomor 1 Gubernur Papua”.
Selama hampir dua jam, massa pendukung nomor urut 1 terus berdatangan. Ada yang datang menggunakan truk. Ada yang datang jalan kaki berkelompok. Dari arah Karang Barat misalnya, massa pendukung datang longmarch  dengan membentangkan spanduk dukungan, layaknya aksi demontrasi, diiringi mama-mama Papua dan para pemuda berpakaian adat lengkap.Sebagian laki-laki membawa anak panah dan mengenakan koteka. Mereka berjalan kaki sepanjang hampir 2 KM.
Kandidat Independen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, Noakh Nawipa dan Johannes Wob. Foto: Yermias Degei
Kira-kira pukul 13.00 massa tumpah ruah di Taman Gizi. Tidak seperti kandidat lainnya yang menyewa penyanyi  ibu kota Jakarta dan menurunkan tim Persipura, Kampanye kandidat Noakh dan Johannes dimulai.
Mengawali kampanye, Noakh Nawipa mengatakan kesiapannya untuk memimpin Papua lima tahun mendatang.  “Saya dengan Bapak Johanses  dipercaya oleh kamu semua. Kami dua bukan orang suci. Kami manusia biasa seperti kamorang. Tapi, kami dua siap,”katanya.
Noakh mengkritisi  kinerja pemerintahan Provinsi  di Papua
selama ini. Kata dia, kinerja  pemerintahan di Papua selama ini tidak bagus. Dan, hal itu menyebabkan banyak rakyat Papua berjatuhan. “Kami sudah komit untuk menjadi saksi, memperbaiki kinerja pemerintahan provinsi Papua yang rusak. Saya juga ingin menjadi saksi bagi saya punya orang-orang.”
Calon gubernur independen ini menilai, banyak dana yang mengalir ke Papua tetapi tidak diatur dengan baik. Katanya, semua dana dari pusat sudah jelas tetapi di Papua ini diatur secara tidak teratur, semua tumpang tindih-tindih.
“Tidak tahu, dana Respek itu di mana, dana Otsus di mana, DAU itu di mana, bantuan pemerintah seperti BOM dan BOS di mana, semuanya tidak teratur,” kata Noakh.
Maka, Noakh menjanjikan untuk melakukan reformasi birokrasi di Papua. “Saya dan Pak Johannes mau mereformasi birokasi pemerintahan di Papua ini.”
Penegakkan hukum dan Hak Asasi Manusia di tanah Papua dinilai tak terurus sama sekali selama ini. “Di tanah ini tidak urus dengan baik, bagaimana hukum, HAM, bagaimana pelanggaran-pelanggaran HAM? Para pelanggar HAM di Papua diadili dan sebagainya tidak pernah dibicarakan. Oleh karena itu kami mau menawarkan dialog. Dialog antara semua kepentingan,”katanya.
Berkaitan dengan soal HAM, juru Kampanye, Yance Mote mengatakan, persoalan Papua bukan soal persipura, bukan hanya soal Respek. Saya bicara Hak Asasi Manusia sebagimana yang tercantum dalam Uandang-Undang. Kita bicara kedamian di tanah Papua,” kata dia.
Soal pendidikan misalnya, kata Noakh, kewajiban pemerintah sehingga tidak perlu dijanjikan saat kampanye. Ia menilai pendidikan yang baik bagi anak-anak dan kesehatan yang layak adalah kebutuhan utama yang tidak perlu ditawar-tawar dan dijanjikan saat kampanye. Karena, kata dia, itu kewajiban utama pemerintah.
“Anak-anak kecil ini, kamu tidak boleh tidak sekolah. Kamu pergi sekolah. Kamu sekolah baik-baik. Kalau kamu pergi sekolah akan lebih dari dari,” kata Noakh kepada anak-anak Papua yang berada di depan panggung kampanye di siang terik itu.
“Dari Papua ini, negara yang besar itu terlalu besar karena kekayaan alam Papua. Satu hari itu, hampir 200 ribu tom emas, tembaga, perak keluar dari tanah ini. Tidak papalah, dorang bawa. Karena memang, Papua harus memberkati orang lain,”katanya disambut waita.
Massa Pendukung Noakh Nawipa dan Johannes Wob. Foto: Yermias Degei
Noakh apresiasi kepada rakyat Papua yang secara sukarela membiayai kampanyenya. “Dari Papua ini, kita buktikan, demokrasi yang sesungguhnya adalah kedaulatan rakyat Papua. Rakyat Papua itu telah menunjukkan di seluruh dunia, termasuk Indonesia bahwa demokrasi itu ada di tanah ini. Mana gubernur yang rakyatnya kumpul uang. Hanya rakyat Papua yang bisa. Hanya kalian yang bisa,”katanya suara tersendat-sendat.
Kata dia, untuk mengumpulkan massa sebanyak seperti yang hadir saar ia kampanye, harus kumpulkan uang milyaran. “Politisi dari Sabang-Merauke ini harus kumpulkan uang banyak karena harus kumpulkan massa yang banyak. Tapi, untuk rakyat Papua, demokrasi itu benar ditegakka hari ini.  Demokrasi yang benar adalah berasal dari rakyat tanpa uang. Rakyat membiayainya. Mereka membayar truk dan membiayai perjalanan saya,”katanya.
Ia menutup kampanye dengan penyataan singkat. “Apa pun persoalan rakyat Papua, itu persoalan saya.”
Calon Wakil Gubernur, Johannes Wob mengatakan, dalam 100 hari kerja atau satu tahun pertama akan mengutamakan pemetaan tanah-tanah adat dan silsila dari seluruh marga di Papua. “Wajib pemetaan tanah-tanah adat Papua tiap marga,”kata dia.
Menurut  Johannes, dana Otsus itu dana orang-orang Papua yang teraniaya. Itu dana wajib tidak boleh dipakai untuk apa pun. Dana itu dikembalikan langsung tunai kepada orang Papua.
“Uang Otsus itu uang darah dan uang air mata,” kata Johannes.
Pasangan Noakh dan Johannes juga berjanji  mengutamakan perempuan. “Perempuan adalah segalanya untuk lain. Perempuan itu bekerja 24 jam. Kalau laki-laki hanya 12 jam. Dalam pemerintahan yang bersih dan berwibawa ke depan, kita kedepankan perempuan,” kata Johannes.
Ketua Solidaritas Perempuan Papua Pegunungan Tengah, Natalia Kobogau secara terbuka mengatakan dukungannya. Kata dia, ia telah melihat visi dan misi semua kandidat dan visi Naokh dianggapnya cocok untuk kondisi Papua saat ini.
“Saya melihat visi dan Visi Pak Noak menjawab kerinduan perempuan Papua. Ia tahu bahwa lahir dan di isi pertama kali dalam noken, maka saya datang di tempat ini untuk menyatakan dukungan saya. Saya ajak semua perempuan Papua, mama-mama Papua untuk mendukung dia,”katanya kepada ribuan massa di siang itu.
Pantauan media ini, antuasiasme massa pendukung tampak berbeda dengan kampanye kandidat lain. Waita misalnya, pemandangan yang belum sempat ditemui. Mama-mama asli Papua tampak mengenakan pakain adat menggantungkan harapan besar.
Massa didominasi rakyat kecil. Tidak banyak pejabat berduit di sana. Tampak Yan Tebay, DPRD Paniai dan Kepala Suku Pegunungan Tengah, Yakobus Muyapa dan kepala suku Moni.
Pemandangan yang menarik dari kampanye ini adalah, di sudut kiri panggung, masyarakat Ebaemukai. Ebaemukai adalah cara mengumpulkan uang dengan cara tiap orang menyumbang sesuai kemampuannya. Masyarakat secara suka rela menyumbang uang. Ada yang menyumbang seribu, ada yang sepuluh ribu, ada yang seratus ribu. Mereka memasukannya dalam semua kardus yang telah disiapkan.
Kata salah satu pemuda, uang itu akan digunakan untuk membayar truk yang telah ditumpanginya dan beli minuman.
“Kami kumpulkan uang karena Pak Noakh itu rakyat seperti kami. Dia tidak ada uang. Rakyat dibiayai oleh rakyat,”kata pemuda berbaju merah yang tidak sempat sebutkan namanya itu. (Yermias Degei/Hengky Yeimo/MS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar